Pada
semua kandang milik salah satu peternak ayam petelur, program
vaksinasi ND (Newcastle disease) diterapkan sebagai program
wajib. Vaksinasi ND mulai ia lakukan saat ayam berumur 4 hari,
menggunakan vaksin ND aktif dan inaktif. Namun sayang, ternyata
tindakan tersebut tidak cukup menghalau serangan ND yang terjadi
beberapa bulan yang lalu di farm-nya.
Diawali
dengan turunnya produksi telur secara signifikan setiap hari. Dari
hasil bedah bangkai, ditemukan kerusakan pada beberapa organ
pernapasan dan pencernaan. Sedangkan dari hasil uji laboratorium,
akhirnya didiagnosa bahwa ayam milik nya terserang ND. Pengalaman
yang dialami salah satu peternak ayam petelur ini ternyata dialami
pula oleh beberapa peternak lain. Yang menjadi tanda tanya disini
ialah kenapa outbreak ND tetap muncul pada farm dengan
manajemen yang baik serta program vaksinasi ND lengkap? Apakah
penyebabnya? Benarkah virus ND mengalami mutasi layaknya virus AI?
Beberapa pertanyaan tersebut akan kami bahas kali ini.
Mewabahnya
Kasus ND
Di
Indonesia, kasus ND belakangan menjadi isu hangat yang heboh
diperbincangkan menyusul banyaknya kasus outbreak di 2010 dan
2011. Bahkan pada 2011, kejadian ND meningkat signifikan dibanding
2010. Di mulai ketika awal 2011, dimana kasus ND tinggi mewabah di
peternakan terutama peternakan ayam pedaging. Grafik 1 dan 2
menggambarkan bahwa serangan ND di tahun 2011 mengalami peningkatan
dibandingkan tahun sebelumnya. Kasusnya pun merata terjadi di
Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan maupun Sulawesi.

Selain
itu, berdasarkan data lapangan tahun 2008-2011, penyakit ND selalu
menempati 10 besar ranking penyakit serta menyerang di semua umur
ayam.

Umumnya
program vaksinasi ND pada ayam petelur dilakukan minimal 3 kali
sebelum masa produksi. Pada periode produksi, program vaksinasi ND
dilakukan 2 bulan sekali atau bahkan sebulan sekali. Meskipun program
vaksinasi yang diterapkan sudah ketat namun terkadang outbreak
pun masih sering terjadi.

Tidak
hanya itu, virus ND yang belakangan menyerang, menimbulkan
manifestasi klinis yang mirip dengan serangan penyakit lain seperti
AI atau Gumboro (Nuryanto, 2011). Dengan pemeriksaaan laboratorium,
virus dapat ditemukan hampir di semua sampel organ tubuh ayam,
meliputi sistem pernapasan, pencernaan dan reproduksi. Tingkat
keganasannya pun tergolong tinggi, sehingga tergolong VVND (Velogenic
Viscerotropic Newcastle Disease).
Seputar
Virus ND
Virus
ND termasuk ke dalam golongan avian paramyxovirus dan memiliki
genom single stranded (ss) RNA dengan struktur beramplop. Virus ND
relatif lebih stabil jika dibandingkan dengan virus avian
influenza (AI) yang sama-sama termasuk dalam golongan
paramyxovirus. Virus ND juga memiliki beberapa aktivitas
biologis seperti memiliki kemampuan menggumpalkan sel darah merah,
aktivitas neuraminidase (mampu menyerang sistem syaraf) serta
kemampuan bereplikasi (memperbanyak diri) dalam sel-sel tertentu.
Secara
garis besar, virus ND dapat diklasifikasikan berdasarkan serotipe
(mengacu pada protein HN dengan melakukan HA/HI test, dimana ND hanya
punya 1 serotipe), patotipe (virulensi atau tingkat keganasan) dan
berdasarkan genotipe (tingkat susunan asam amino penyusun gen).
Berdasarkan
patotipe/tingkat keganasannya, terdapat 3 jenis virus ND. Mulai dari
virus yang menyebabkan gejala ringan (ND subklinis) hingga yang
mematikan. Saluran pernapasan, pencernaan, reproduksi dan syaraf tak
luput pula menjadi organ target. Sehingga tidak mengherankan bila
kasus ND pada ayam petelur sering disertai gejala penurunan produksi
telur secara kualitas maupun kuantitas. Angka kesakitan (morbiditas)
yang ditimbulkan pun tinggi dengan tingkat kematian (mortalitas)
bervariasi dari 0-100%. Ketiga patotipe virus tersebut yaitu :
- Velogenic
Karakteristik
serangan virus ini ditandai dengan infeksi saluran pencernaan
(viscerotropic) dan organ syaraf (neurotropic) yang
parah, sehingga sering disebut dengan serangan VVND (velogenic
viscerotropic Newcastle disease). Gejala lainnya seperti lesu,
penurunan nafsu makan, penurunan produksi telur secara drastis,
tortikolis (leher terpuntir), diare dan tingkat kematian yang
mencapai > 90%.
- Mesogenic
Virus
ND mesogenic memiliki keganasan menengah dan menyebabkan
gangguan pernapasan, bahkan terkadang menunjukkan gangguan syaraf.
Selain itu, terjadi penurunan produksi telur yang berlangsung 1-3
minggu dengan tingkat kematian mencapai 10%.
- Lentogenic
Merupakan
penyebab dari penyakit ND tipe ringan, kadang-kadang bersifat
subklinis (tidak menampakkan gejala yang spesifik,red). Ayam
tidak mengalami gejala syaraf namun terjadi infeksi ringan saluran
pernapasan dan penurunan produksi telur meski jumlahnya sedikit.
Selain itu kematian hampir tidak ada. Vaksin ND yang beredar saat
ini umumnya menggunakan master seed virus (bibit virus)
kelompok lentogenic. Alasan dipilih karena bersifat tidak
ganas atau aman.
Perkembangan
teknologi terkini memunculkan klasifikasi virus secara genotipe.
Identifikasinya dengan melihat materi inti virus. Saat ini di dunia
terdapat virus ND genotipe 1-10. Vaksin yang banyak beredar di
Indonesia umumnya dibuat dengan isolat virus La Sota dan Hitchner B1
asal Amerika yang tergolong ke dalam genotipe 2. Sementara itu, isu
yang berkembang menyebutkan bahwa kasus ND sepanjang 2009-2011 yang
dominan terjadi di Indonesia saat ini disebabkan oleh virus ND
genotipe 7. Keyakinan itu didasarkan pula pada hasil isolasi virus
dari kejadian ND terkini di lapangan. Benarkah demikian?
ND
Genotipe 7B (G7B)
Menjawab
pertanyaan di atas, mulai tahun 2009, Medion bekerjasama dengan
Prof. Dr. drh I. Gusti Ngurah Mahardika, Fakultas kedokteran Hewan
Universitas Udayana melakukan mapping virus ND. Metode
dilakukan dengan mengumpulkan sampel dari ayam yang diduga terinfeksi
ND dari lapangan. Sampel yang terkumpul sebanyak 35 buah dan berasal
dari 9 propinsi. Sampel organ kemudian diuji dengan metode Polymerase
Chain Reaction (PCR) yang dilanjutkan dengan uji DNA sequencing.
Dalam rangkaian uji juga diamati tingkat patogenesitas isolat virus
ND. Tingkat patogenesitas dinilai berdasarkan uji in vivo
meliputi Intra Cerebral Pathogenicity Indeks (ICPI) pada ayam
Specific Pathogen Free (SPF) umur 1 hari, Mean death Time
(MDT) pada telur SPF bertunas umur 9-11 hari dan Intra Venous
Pathogenicity Indeks (IVPI) pada ayam umur 6 minggu dengan masa
observasi selama 7-8 hari.
Tabel
1. Penentuan Tingkat Keganasan Virus ND


Proses
DNA Sequencing dilakukan untuk melihat susunan genetik dari
virus ND. Agar memudahkan pembacaan, hasil mapping disusun
dalam bentuk pohon filogenetik (phylogenetic tree) (lihat
skema).
Berdasarkan
pengamatan hasil mapping virus ND, diketahui bahwa virus ND
isolat lapang yang diperoleh tergolong tipe vilogenik dan masuk ke
dalam kelompok genotipe 7B (G7B). Dari analisis genetik tersebut juga
diketahui bahwa virus ND yang berada di lapangan ternyata berbeda
dengan virus ND lama. Sebagai contoh, ND yang ditemukan di Sukabumi
berbeda hampir 21% dengan strain La Sota, begitu pula ND yang berada
di Tasikmalaya. Perbedaan ini juga terlihat dari susunan asam amino,
dimana virus ND lapangan Indonesia 2009-2010 berbeda dengan virus La
Sota dalam 13 situs asam amino.
Bagian
Research and Development (R&D) Medion (2010) juga telah
membandingkan efektivitas potensi penggunaan vaksin yang saat ini
beredar (vaksin reguler) dengan vaksin yang menggunakan seed
master virus lokal (vaksin inaktif ND G7B). Uji dilakukan pada
ayam SPF (Spesific Pathogen Free), dimana ayam divaksin pada
umur 4 minggu dan 3 minggu post vaksinasi dilakukan uji
tantang dengan virus ND lapang. Selama 14 hari post uji tantang,
dilakukan pengamatan terhadap tingkat kematian maupun angka kesakitan
guna memastikan apakah kedua vaksin tersebut memenuhi standar lulus
uji potensi PD50.
Dari hasil trial diketahui vaksin ND yang tersedia sekarang (vaksin
reguler) masih efektif untuk menghadapi ND G7B meskipun nilai PD50
terhadap virus lapang tertentu tidak setinggi vaksin ND G7B.
Selain
uji tantang, R&D Medion juga melakukan uji serologi untuk
mengamati duration of immunity (lama perlindungan) menggunakan uji HI
test. Sampel darah diuji secara rutin setiap minggu setelah 3 minggu
post vaksinasi. Dari hasil trial diketahui kedua jenis vaksin
tersebut menghasilkan perlindungan yang protektif pada 3 minggu post
vaksinasi dengan duration of immunity yang relatif lebih lama
pada penggunaan vaksin ND G7B (Grafik 5).

Dari
keseluruhan hasil uji, diperoleh kesimpulan bahwa :
- Virus ND yang dominan bersirkulasi di Indonesia tahun 2009-2010 berbeda dengan virus ND lama (homogen tergolong tipe vilogenik dan termasuk golongan G7B, satu grup dengan virus ND Malaysia)
- Vaksin ND inaktif reguler dan vaksin ND inaktif G7B menghasilkan perlindungan yang protektif
- Vaksin ND inaktif isolat G7B menghasilkan perlindungan lebih baik pada kondisi tantangan virus ND lapang “baru”
Bagaimana
Pengendalian ND Saat Ini ?
Serangan
ND menunjukkan peningkatan yang siginifikan dibandingkan tahun 2009
maupun 2010. Hal ini menuntut kewaspadaan kita agar kasus ini mulai
awal tahun 2012 ini bisa ditekan. Penelitian mengenai perkembangan
karakteristik ini juga perlu terus dilakukan, sehingga dapat
diperoleh solusi terbaik untuk mengatasinya.
Di
lapangan sendiri, penanganan ND secara tepat harus diawali dengan
diagnosa secara tepat pula. Dari hasil trial sebelumnya, dijelaskan
bahwa untuk mencegah ND, hasil terbaik vaksinasi ND menggunakan
vaksin homolog (bibit vaksin yang digunakan sama dengan virus yang
ada di lapangan). Dan yang paling homolog ialah vaksin isolat G7B.
Meski tidak dapat dipungkiri bahwa virus ND memiliki cross
protection (perlindungan silang) antar patotipe virus.
Diagnosa
ND secara tepat dapat dilihat dengan membaca serangkaian data
recording, gejala klinis, perubahan patologi anatomi serta uji
laboratorium.

Kemiripan
gejala klinis maupun perubahan patologi anatomi seperti angka
kematian tinggi, penurunan produksi telur, peradangan pada saluran
pernapasan, saluran pencernaan maupun organ reproduksi sering
dikecohkan dengan diagnosa penyakit lain seperti AI. Dengan demikian,
untuk membantu arahan diagnosa maka dapat dilakukan uji serologi HI
test pada MediLab untuk melihat gambaran titer antibodi.
Sebaiknya uji serologi dilakukan 2 kali yaitu pada awal terjadi
infeksi dan diulang 1-2 minggu kemudian. Sedangkan untuk memperoleh
diagnosa yang pasti, dapat dilakukan uji PCR guna mengidentifikasi
ada tidaknya virus ND sehingga langkah yang diambil menjadi tepat.

Adapun
beberapa tindakan pengendalian ND yang saat ini dapat diterapkan,
antara lain :
- Penerapan biosecurity
Saluran
pencernaan dan saluran pernapasan merupakan tempat bereplikasinya
virus ND sehingga konsentrasi virus yang cukup tinggi dapat
ditemukan pada feses maupun lendir ayam yang terinfeksi. Penularan
per oral pun sering terjadi karena ayam mengkonsumsi ransum atau air
minum yang tercemar oleh feses maupun lendir tersebut. Dengan
demikian kasus outbreak ND dapat diantisipasi melalui beberapa
tindakan biosecurity sebagai berikut :
-
Batasi
lalu lintas orang/kendaraan yang keluar masuk kandang. Jika akan
masuk kandang, lakukan desinfeksi baik kendaraan maupun personil,
terutama jika datang dari kandang peternakan yang terinfeksi. Tidak
menutup kemungkinan feses yang tercemar virus ND terbawa melalui
roda kendaraan/alas kaki. Alas kaki sebaiknya di sikat karena
penyelupan/penyemprotan desinfektan saja tidak mampu menembus virus
yang terdapat pada sela-sela alas sepatu.
- Alas kaki perlu disikat agar desinfeksi menjadi optimal. Sanitasi air minum dengan memberikan antiseptik seperti Desinsep, guna menekan penularan penyakit melalui air minum
- Semprot kandang dilakukan secara rutin menggunakan Formades atau Sporades minimal seminggu 2 kali. Apabila sedang terjadi outbreak maka penyemprotan dilakukan setiap hari karena penularan virus ND dapat terjadi melalui udara
- Lakukan vaksinasi secara tepat
Saat
ini, vaksinasi ND merupakan tindakan yang wajib dilakukan. Gunakan
vaksin kombinasi antara vaksin ND aktif reguler dengan vaksin ND
inaktif isolat G7B. Untuk menunjang efektivitas vaksinasi maka
perhatikan ketepatan penentuan jadwal vaksinasi, kualitas vaksin,
metode thawing (peningkatan suhu vaksin secara bertahap),
tatalaksana vaksinasi yang sesuai, ketepatan penentuan jadwal
vaksinasi, serta kondisi ayam saat divaksin.

Berdasarkan
data lapangan, saat fase produksi, revaksinasi ND mayoritas
menggunakan vaksin aktif dengan aplikasi melalui air minum. Sehingga
perlu memperhatikan kualitas air minum. Kualitas air yang digunakan
untuk melarutkan vaksin akan berpengaruh besar terhadap keberhasilan
vaksinasi.
Virus
vaksin aktif dimana masih dalam kondisi hidup (dilemahkan,red)
sangat rentan sekali terhadap kondisi lingkungan. Sebagai contoh,
virus mampu bertahan hidup pada pH netral. Jika kondisi pH air minum
terlalu basa/asam maka akan berpengaruh pada kelangsungan hidup virus
vaksin. Hal inilah yang menyebabkan virus vaksin tidak mampu
menggertak pembentukan antibodi secara optimal. Selain pH, kesadahan
dan kandungan logam juga perlu diperhatikan. Untuk mengetahui
kualitas air, lakukan uji kualitas air secara periodik. Jika air
tersebut bermasalah maka lakukan treatment.
Untuk
memperbaiki kualitas air minum pelarut vaksin, kita bisa melakukan
treatment menggunakan produk stabilisator vaksin. Contohnya
Medimilk atau Netrabil. Air yang akan digunakan,
sebelumnya ditambahkan Medimilk 10 gram tiap 5 liter atau
Netrabil 5 gram tiap 1 liter kemudian didiamkan selama 15-30
menit. Setelah itu baru campurkan vaksin ke dalamnya. Skim milk
dalam Medimilk atau Netrabil akan mengikat sisa-sisa
klorin di dalam air sehingga potensi vaksin tetap terjaga. Pastikan
juga bahwa setiap ayam minum, sehingga tidak ada yang lolos dari
vaksinasi serta vaksin terkonsumsi habis dalam waktu kurang dari 2
jam.

- Monitoring titer antibodi
Keseragaman
titer antibodi terhadap ND dalam satu flok ayam atau unit peternakan
menjadi satu faktor penting, karena virus ND ganas yang berasal dari
isolat lokal di lapangan akan mempunyai peluang lebih besar untuk
memperbanyak diri dalam tubuh ayam-ayam dengan titer antibodi yang
marginal dan melakukan “viral shedding” secara
intensif. Oleh karena itu, lakukan monitoring titer antibodi
secara rutin setiap bulan sangat berperan dalam memantau status
kesehatan ayam terutama pada ayam fase produksi.
Adanya
penyimpangan titer akan dapat diketahui sedini mungkin sehingga
peternak tidak terlalu kecolongan oleh virus ND. Alangkah lebih baik
jika di setiap peternakan memiliki baseline titer antibodi
sehingga akan diketahui pada titer antibodi level berapa ayam
aman/protektif dari serangan ND
- Memberikan terapi supportif
Pemberian
vitamin terutama yang mengandung vitamin A dan E seperti yang
terkandung dalam Fortevit atau Vita Stress. Vitamin
ini bersifat esensial untuk jaringan epitel normal yang melapisi
saluran pencernaan, pernapasan dan reproduksi serta meningkatkan daya
tahan tubuh
Mengacu
pada beberapa bahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa virus ND
isolat lokal G7B terbukti telah eksis dan dominan bersirkulasi di
beberapa wilayah di Indonesia. Virus ND G7B tersebut tergolong
vilogenik (tingkat keganasannya tinggi). Peternak dianjurkan
melakukan vaksinasi ND menggunakan kombinasi vaksin ND aktif reguler
dan vaksin ND inaktif agar dihasilkan perlindungan yang lebih
protektif.
Selain
vaksinasi menggunakan kombinasi vaksin aktif dan inaktif, biosecurity
juga merupakan tindakan yang harus diterapkan. Biosecurity dan
vaksinasi merupakan faktor yang saling terkait yang dapat
mengendalikan ND yang heboh terjadi saat ini. Sukses selalu peternak
unggas Indonesia.
Info Medion Edisi Januari 2012
0 komentar:
Posting Komentar